Blogger Widgets

Wadah elektronik yang disajikan sederhana ini merupakan komponen komplementer E-LEARNING pada Universitas Jambi yang dimaksudkan sebagai penguat perkuliahan tatap muka. Namun demikian, bila khalayak lain bermaksud memanfaatkannya, saya persilakan dengan senang hati. Semoga ikhtiar kecil ini bermanfaat. Amin.

Kepada segenap pengunjung blog ini, dimohonkan maklumnya sehubungan dengan isi blog ini belum maksimal. Isi blog ini insyaallah akan di-upload-kan berangsur-angsur sesuai dengan keadaan kebutuhan.

Minggu, 06 Januari 2013

Contoh Kajian Pustaka pada Proposal


BAB II  KAJIAN PUSTAKA
            Sejalan dengan rumusan masalah, penelitian ini dimaksudkan untuk memformulasikan suatu model pembelajaran, yakni model pembelajaran konstruktivisme yang berbasis karakter materi, khususnya pada perkuliahan Bahasa Indonesia Kelas Rendah yang setingnya adalah PGSD Universitas Jambi Kampus Muara Bulian. Karena penelitian ini dimaksudkan untuk memformulasikan suatu model pembelajaran, pada bagian ini disajikan kajian teori tentang model pembelajaran. Mengingat  model yang akan diformulasikan itu berdasarkan paham konstruktivisme, pada bagian ini  disajikan kajian teori tentang pembelajaran konstruktivisme. Sehubungan dengan model pembelajaran konstruktivisme tersebut akan didasarkan pada karakter materi, pada bagian ini disajikan kajian tentang jenis dan karakter materi. Menimbang bahan ajar yang akan disajikan pada model pembelajaran dimaksud adalah bahan ajar mata kuliah Bahasa Indonesia Kelas Rendah, pada bagian ini disajikan kajian tentang bahan ajar yang bersangkutan.


1.1  Model Pembelajaran
            Sudjana (1989) mendefinisikan model belajar sebagai pola bagaimana dosen melakukan proses pengajaran melalui tahapan-tahapan tertentu sehingga mahasiswa dapat mengikuti proses belajar secara sistematis.  Pada definisinya tersebut, Sudjana berpendapat bahwa model pembelajaran tersebut tidak lain berupa pola. Pola yang dimaksudkan berisikan tahapan-tahapan kegiatan dalam proses pengajaran. Dengan pola tersebut, mahasiswa dapat mengikuti pembelajaran secara sistematis.
            Winataputra (1994)  mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Pada definisi tersebut terkandung pengertian bahwa model pembelajaran itu berupa kerangka. Kerangka ini kurang lebih sama dengan pola. Kerangka tersebut merupakan komprehensi dari suatu konsep, tentunya konsep tentang pembelajaran. Kerangka tersebut dibentuk oleh unsur-unsur langkah suatu prosedur yang berurutan secara sistematis. Langkah-langkah yang membentuk suatu prosedur tersebut dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Kerangka tersebut bisa dijadikan pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
             Dahlan (1990) mengungkapkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran dan memberikan petunjuk kepada para pengajar di kelas dalam latar pengajaran ataupun latar lainnya. Sebagaimana diakui pakar lainnya, dalam pernyataannya tadi, Dahlan mengakui bahwa model itu memang merupakan suatu pola. Di Samping itu, Dahlan mengakui bahwa pola tersebut bisa dipedomani dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran, dan dalam memberikan petunjuk teknis kepada para guru.
            Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan dua hal, yakni hakikat dan fungsi model pembelajaran. Pada hakikatnya, model pembelajaran itu merupakan suatu konsep tentang pola langkah yang procedural dan sistematis dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Model tersebut berperanan sebagai pedoman perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran serta pedoman pembinaan para guru.
            Joyce dan Weil  (2000: 179-180) berpendapat bahwa model pembelajaran yang baik memiliki unsur-unsur berikut:
1)      sintagmatik (tahap-tahap kegiatan model),
2)      sistem sosial (situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam model tersebut),
3)      prinsip reaksi (pola kegiatan yang menggambarkan cara dosen melihat dan memperlakukan mahasiswa),
4)      sistem pendukung (segala sarana, bahan, dan alat yang diperlukan untuk melaksankan model), dan
5)      dampak instruksional (hasil belajar berdasarkan tujuan) dan pengiring (hasil belajar yang muncul sebagai tambahan tanpa dicantumkan langsung pada tujuan).
            Sintagmatik  adalah tahap-tahap kegiatan dari model.  Sistem sosial ialah situasi atau suasana, dan norma yang berlaku dalam model tersebut.  Prinsip reaksi ialah pola kegiatan yang mengambarkan bagaimana seharusnya dosen melihat dan memperlakukan mahasiswa, termasuk bagaimana dosen memberikan respon terhadap mereka.  Prinsip ini memberi petunjuk cara dosen menggunakan aturan permainan yang berlaku dalam pembelajaran.  Sistem pendukung ialah segala sarana, bahan, dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model tersebut. Adapun dampak instruksional dan dampak pengiring adalah hasil blajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan mahasiswa pada tujuan pembelajaran yang diharapkan sedangkan dampak pengiring ialah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses belajar mengajar sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh mahasiswa tanpa pengarahan langsung dari dosen.
Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa perumusan model pembelajaran harus memperhitungkan komponen dasar perumusan model, yakni landasan teoritik, tujuan hasil belajar, tingkah laku mengajar, lingkungan belajar dan sistem pengelolaan.

1.2  Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut pandangan konstruktivisme,  belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan dalam suatu lingkungan sosial (Brooks & Brooks, 1993).  Pada konteks tersebut, siswa merupakan pembangun-pembangun pengetahuan yang aktif bagi dirinya sendiri. Konstruktivisme memperkenalkan sesuatu yang penting dari sebuah tugas belajar yang otentik, sesuatu yang penting dari suatu konteks dalam kerangka kerja siswa, dan sesuatu yang penting dari pembelajaran kolaboratif.  
Berkaitan dengan hal tadi,  Dewey (1938) mengatakan bahwa pengetahuan itu bukanlah sesuatu yang permanen, melainkan sesuatu yang bergantung pada aktivitas, sebuah proses penemuan. Seperti dipertegas oleh Piaget (1973) bahwa "to understand is to discover, or reconstruct by rediscovery”.   Memahami itu berarti menemukan, atau merekonstruksi melalui menemukan kembali. Hal tersebut memungkinkan seseorang di masa mendatang menjadi orang yang potensial untuk kreatif dan produktif, yang tidak hanya sekedar melakukan pengulangan-pengulangan.  Lebih lanjut ditegaskan oleh Von Glaserfeld (1984) Learners construct understanding. They do not simply mirror and reflect what they are told or what they read. Learners look for meaning and will try to find regularity and order in the events of the world even in the absence of full or complete information”.  Pembelajar itu membangun pengertian. Mereka tidak hanya membayangkan dan merefleksikan apa yang mereka katakan atau apa yang mereka baca. Para siswa mencari maksud/makna dan mencoba menemukan aturan dan urutan peristiwa/kejadian  dari suatu kekosongan atau ketidaklengkapan sebuah informasi. Menurut Woolfolk (1993), pembelajar secara aktif membangun pengetahuannya sendiri; otak/pikirannya menjembatani masukan dari luar untuk menentukan apa yang ingin dipelajarinya;  belajar itu merupakan aktivitas mental, bukan penerimaan pasif dari sebuah pengajaran.
Duffy (et al.) menyatakan, “rather than ‘teaching’ the skills, the skills are developed through working on the problem, i.e., through authentic activity” [Duffy, 1996].  Menurut Duffy, lebih dari sekedar mengajarkan keterampilan, skills itu akan terkembangkan secara otomatis melalui kerja dalam masalah, melalui sebuah aktivitas nyata. Seperti dijelaskan oleh Tan  (2000) bahwa belajar itu ditentukan oleh interaksi yang kompleks  antara pengetahuan siap, konteks sosial, dan permasalahan yang memerlukan pemecahan. Pengajaran mengacu pada penyediaan situasi kolaboratif  yang memungkinkan para siswa memiliki cara dan peluang  untuk membangun pemahaman-pemahaman baru dan situational-spesifik  melalui perakitan pengetahuan-pengetahuan lalu  dari beragam sumber [Ertmer, 1993]. Dalam keyakinan Grab e et al, pengalaman belajar kaum konstruktivis dan latihan-latihan kelas yang tepat, meliputi produktivitas dan refleksi pemikiran; aktivitas nyata, melibatkan kerja sama/kolaborasi dan pertimbangan-pertimbangan dari  banyak perspektif, dan akses siswa terhadap isi/konten wilayah ranah ahli/pakar yang dapat menjadi model  ketrampilan ranah spesifik [Grabe, 1998].
            Menurut Savery & Duffy (Savery, 1995) lingkungan PBM berdasar pada asumsi-asumsi aliran konstruktivisme berikut ini.
Ø  Mendasarkan semua aktivitas belajar pada tugas atau masalah yang lebih besar.
Ø  Mendukung pembelajar dalam mengembangkan pikirannya tentang seluruh masalah atau tugas.
Ø  Merancang tugas-tugas otentik.
Ø  Merancang tugas dan lingkungan/suasana belajar untuk merefleksikan ling-kungan/ suasana yang harus mereka fungsikan di akhir pembelajaran.
Ø  Membebaskan pembelajar menggunakan caranya sendiri dalam mengem-bangkan solusi.
Ø  Merancang suasana belajar untuk mendukung dan menantang proses berpikir pembelajar.
Ø  Mendorong pengujian ide-ide terhadap alternatif-alternatif pendapat/pandangan dan konteks.
Ø  Menyediakan kesempatan.
1.3  Jenis dan Karakter Materi
Pada setiap bidang studi, bahan ajar itu beragam. Secara umum, ragam bahan ajar itu terdiri atas bahan fakta, konsep, prinsip, prosedur, keterampilan, dan nilai (Depdikbud, 2006).  Jenis bahan ajar fakta, konsep, prinsip, dan prosedur termasuk bahan ajar kongnitif. Jenis bahan ajar keterampilan termasuk bahan ajar psikomotor. Jenis bahan ajar nilai termasuk bahan ajar sikap.
Bahan ajar yang berkategori fakta ini, di antaranya,  adalah nama-nama objek (baik kongkrit maupun abstrak), lambang, peristiwa, dan pernyataan seseorang. Contoh bahan ajar yang berupa nama adalah nama tempat, nama orang, dan nama waktu; contoh yang berupa lambang adalah lambang persatuan, lambang negara, dan lambang perdamaian; contoh yang berupa peristiwa adalah peristiwa kemerdekaan RI, peristiwa perang Dipenogoro, dan peristiwa kecelakaan; contoh yang berupa pernyataan  seseorang adalah pendapat  akhli pendidikan dalam hal terSetentu. Semuanya itu merupakan hal yang ada sebagaimana adanya. Menurut KBBI (2008), hal yang benar-benar ada itu tidak lain adalah fakta. Oleh karena itu, bahan ajar serupa tadi dikatakan bahan ajar  yang berupa fakta.
Bahan ajar yang berupa konsep, di antaranya, adalah pengertian, jenis-jenis, karakteristik, dan fungsi. Contoh bahan ajar yang berupa pengertian, di antaranya, adalah pengertian puisi, pengertian kalimat, dan pengertian kurikulum; yang berupa jenis-jenis adalah jenis-jenis media pembelajaran, jenis-jenis karya tulis, dan jenis-jenis kata; yang berupa karakteristik adalah karakteristik siswa, karakteristik kalimat, dan karakteristik puisi; yang berupa fungsi adalah fungsi alat ucap, fungsi paragraph, dan fungsi afiks. Semuanya itu memiliki ekstensi, komprehensi sehingga bisa terbentuk suatu gambaran tentangnya pada kognisi manusia. Semuanya itu memiliki relasi dengan konsep-konsep lain. Oleh karena itu, bahan ajar serupa tersebut dikatakan bahan ajar yang berupa konsep.
            Bahan ajar yang berkategori prinsip adalah bahan ajar yang berupa dalil, kriteria, keharusan, dan dasar-dasar. Contoh bahan ajar yang berupa dalil adalah dalil stimulus respon; yang berupa kriteria adalah kriteria karangan yang baik; yang berupa keharusan adalah keharusan memenuhi aturan; yang berupa azas adalah azas keadilan. Semua hal tersebut merupakan pikiran yang bersifat dasar serta yang diyakini kebenarannya. Oleh karena itu, hal tersebut dikatakan bahan ajar yang berkategori prinsip.
            Bahan ajar yang berkategori  prosedur adalah bahan ajar yang berupa cara pengerjaan sesuatu. Contoh bahan ajar tersebut adalah cara pembuatan karangan. Cara pembuatan karangan ini memiliki beberapa langkah. Langkah-langkah yang bersangkutan bersifat sekuensional, yakni berurutan dan berhubungan. Hal demikian disebut prosedur. Oleh karena itu, bahan ajar tadi dikatakan bahan ajar yang berupa prosedur.
            Bahan ajar yang berkategori keterampilan adalah bahan ajar yang berupa perbuatan pengerjaan sesuatu. Contoh bahan ajar tersebut adalah pembuatan karangan. Pembuatan karangan adalah suatu pekerjaan membuat karangan. Sebagai suatu keterampilan, kecakapan dalam pekerjaan tersebut berkaitan erat dengan keseringan berpraktek.
            Bahan ajar yang berkategori nilai adalah bahan ajar yang berupa kepositifan kepribadian. Rincian kepositifan kepribadian tersebut, di antaranya, adalah kejujuran, keterbukaan, dan keuletan. Baik kejujuran, keterbukaan, maupun keuletan merupakan suatu kepribadian. Kepribadian tersebut bersifat positif. Oleh karena itu, bahan ajar tersebut dikatakan berkategori nilai.
            Setiap jenis bahan ajar tersebut memiliki karakter masing-masing. Bahan ajar fakta, di antaranya, berkarakter kongkrit dan ekstensional; bahan ajar konsep bersifat komprehensif,  abstrak, dan relasional; bahan ajar prinsip bersifat normative; bahan ajar prosedur bersifat sekuensional dan konsekuensional; bahan ajar keterampilan bersifat praktis; serta bahan ajar nilai bersifat moralis.
            Karakter bahan ajar tersebut berkonsekuensi terhadap cara pemerolehan atau penguasaannya. Bahan ajar factual hanya bias diingat, tidak akan bias dirumuskan oleh pikiran. Bahan ajar konsep bias diperoleh melalui berpikir dengan memperhatikan ekstensi, komprehensi, dan relasinya. Bahan ajar prinsip bias diperoleh melalui berpikir dengan memperhatikan keadaan apa yang harus diperoleh. Bahan ajar prosedur bias diperoleh dengan berpikir melalui memperhatikan hal apa yang akan dihasilkan. Bahan ajar keterampilan hanya bias diperoleh melalui praktek. Bahan ajar nilai hanya bias diperoleh melalui praktek yang berpenguatan secara kontinu dan instens.
1.4  Bahan Ajar Mata Kuliah Bahasa Indonesia Kelas Rendah
Bahan ajar mata kuliah Bahasa Indonesia Kelas Rendah adalah bahan ajar yang dibutuhkan lulusan PGSD pada saat membelajarkan siswanya di kelas rendah. Bahan ajar tersebut, secara umum terdiri atas perkembangan dan pemerolehan bahasa anak, pendekatan pembelajaran bahasa, pembelajaran menulis dan membaca permulaan, pembelajaran sastra anak-anak, program pembelajaran bahasa terpadu, dan evaluasi pembelajaran membaca dan menulis (Depdikbud, 2006).
Bahan ajar tentang perkembangan dan pemerolahan bahasa anak berguna bagi lulusan PGSD dalam memahami kesiapan dan perkembangan penguasaan bahasa pada para siswanya. Bahan ajar pendekatan pembelajaran bahasa berguna bagi lulusan PGSD dalam mempertimbangkan pendekatan yang relevan bagi pembelajaran yang akan digelarnya. Bahan ajar pembelajaran menulis dan membaca permulaan serta pembelajaran sastra anak-anak berguna bagi lulusan dalam membelajarkan siswanya pada materi pembelajaran yang bersangkutan. Bahan ajar pembelajaran bahasa terpadu berguna bagi lulusan PGSD dalam memadukan pembelajaran bahasa di kelas rendah. Bahan ajar evaluasi pembelajaran membaca dan menulis permulaan berguna bagi lulusan PGSD dalam mengukur dan menilai pencapaian tujuan pembelajaran.
Dilihat dari sisi jenis dan karakternya, bahan ajar Bahasa Indionesia Kelas Rendah ini beragam. Pada bahan ajar tersebut, ada bahan ajar yang berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, keterampilan, dan nilai. Bahan ajar yang berupa fakta itu di antaranya adalah nama-nama tahapan perkembangan penguasaan bahasa anak, nama-nama pendekatan pembelajaran, dan nama-nama bahan ajar di SD. Bahan ajar yang berupa konsep, di antaranya, adalah pengertian pendekatan konstruktivisme, jenis-jenis pendekatan, dan fungsi media pembelajaran. Bahan ajar yang berupa prinsip, di antaranya, adalah bahan ajar pedoman dasar pembelajaran. Bahan ajar yang berupa prosedur, di antaranya, adalah langkah-langkah persiapan pembelajaran terpadu. Bahan ajar yang berupa keterampilan, di antaranya, adalah pembuatan RPP. Bahan ajar yang berupa nilai, di antaranya, adalah kekreatifan dalam perumusan teknik pembelajaran.

1 komentar:

  1. ini sangat membantu saya untuk merampungkan tugas yang menggila di meja belajar saya

    BalasHapus