Sebagai suatu entitas, paragraf ini memiliki hakikat. Pada paragraf terdapat sesuatu yang merupakan penanda sebagai sebuah paragraf. Sesuatu yang bersangkutan merupakan hal yang mengeksiskan satuan yang bersangkutan sebagai paragraf. Itulah hakikat paragraf.
Deskripsi hakikat paragraf ini terangkum pada pengertian paragraf. Untuk memperjelasnya, dapat dipelajari unsure pembentuknya. Oleh karena itu, pada bagian ini disajikan pengertian dan unsure pembentuk paragraf.
1. Pengertian Paragraf
Keraf (1980:62) menyatakan bahwa paragraf adalah kesatuan pikiran yang terikat dengan sebuah pikiran utama. Oshima dan Hogue (2007:38) menyatakan “A Paragraph is a group of related statements that the writer develops a subject”. McCrimmon (1984:195) berpendapat, “A paragraph is a set of related sentences that work together to ekpress or develop an idea”. Tarigan (2008:35) berpendapat, “Paragraf adalah seperangkat kalimat yang tersusun logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan”.
Walau diungkapkan pada redaksi yang berbeda, pengertian-pengertian tersebut memiliki persamaan substansi. Persamaan tersebut terletak pada konsep kesatuan dan kehadiran ide pokok. Keraf dan Tarigan secara jelas menyatakan adanya kesatuan. McCrimmon menyatakan kesatuan dengan redaksi “a set of related sentences”. Seperangkat kalimat yang saling berhubungan mengandung pengertian bahwa sejumlah kalimat yang mengandung pikiran-pikiran itu menyatu dalam hubungannya. Oshima dan Hogue mengemukakan kesatuan dengan redaksi “a group of related statements”. Sekelompok pernyataan yang saling berhubungan secara jelas menyatakan bahwa pernyataan-pernyataan dalam grup yang bersangkutan menyatu dalam saling keterkaitannya itu. Kehadiran ide pokok oleh Keraf diungkapkan dengan istilah pikiran utama; oleh Tarigan diungkapkan dengan istilah pikiran pokok; oleh McCrimmon dengan istilah “an idea”; oleh Oshima dan Hogue dinyatakan dengan istilah “a subject”.
Konsep kesatuan, untuk kasus tertentu pada paragraf transisi bisa berupa satu buah pikiran atau satu buah kalimat (Keraf, 1980:63). Namun selebihnya, kesatuan yang dimaksud dinyatakan oleh beberapa kalimat atau beberapa pikiran.
Secara umum, pikiran yang ada di dalamnya terdiri atas satu pikiran utama dan satu atau beberapa pikiran penjelas. Semua pikiran tersebut, secara kompak, menjelaskan suatu pikiran. Pikiran yang dijelaskan tersebut tidak lain adalah pikiran utama.
Berdasarkan hal tadi, dapat dikatakan bahwa paragraf itu merupakan suatu sistem, yakni sistem pikiran yang dituangkan secara tertulis. Sebagai suatu sistem, paragraf ini tentunya memiliki seperangkat pikiran yang tertata sedemikian rupa dan saling berhubungan membentuk suatu kesatuan (totalitas). Dalam KBBI Daring (2008) dinyatakan bahwa sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Perangkat unsur yang ada dalam paragraf itu, secara umum, terdiri atas pikiran utama dan pikiran penjelas. Secara lebih khusus, komponen penjelas ini terdiri atas beberapa pikiran lagi. Jumlah dan materi pikiran penjelas ini relatif. Hal itu tergantung pada pikiran utama yang dijelaskannya.
Secara teknis, paragraf ini ditandai oleh teknik tertentu dalam penulisannya. Menurut konvensi penulisan yang ditetapkan, penanda satuan yang bersangkutan sebagai paragraf ditandai oleh dua alternatif penandaan, yakni takuk dan lurus (Bagus, 2010). Pertama, satuan paragraf ditandai oleh penulisan awal paragraf dijorokkan ke dalam teks ke arah kanan antara 5 sampai dengan 7 karakter. Bentuk paragraf demikain disebut bentuk takuk. Kedua, satuan paragraf ditandai oleh pemisahan satuan yang bersangkutan dengan spasi yang lebih dari spasi baris di dalam paragraf yang bersangkutan. Selisih spasi yang dimaksud antara 0.5 sampai dengan 1 spasi. Bentuk demikian disebut bentuk lurus.
Sekaitan dengan teknis penulisan paragraf ini, Tarigan (2008) mengatakan bahwa penulisan paragraf itu dimulai dengan baris baru yang yang dimajukan ke depan. Oshima dan Hogue (2007:3) menunjukkan bahwa penulisan awal paragraf itu dilakukan dengan menginden kalimat awal paragraf yang bersangkutan.
Untuk kepentingan menulis, karakteristik paragraf secara hakiki dan secara teknis perlu diperhatikan penulis. Untuk menghasilkan paragraf yang baik, penulis harus memerhatikan karakteristik paragraf secara hakiki. Untuk membantu pembaca dalam mengenali atau mengidentifikasi satuan-satuan paragraf, penulis harus memerhatikan karakteristik paragraf secara teknis.
Untuk kepentingan membaca, karakteristik paragraf yang dipedomani pembaca adalah karakteristik secara teknis. Jumlah kesatuan pikiran pada sebuah kesatuan fisik tulisan, pada fase awal pembacaan, tidak dijadikan pedoman pembaca. Walaupun di dalam kesatuan fisik tersebut terdapat dua buah atau lebih kesatuan pikiran, dari kacamata pembaca, satuan yang bersangkutan dianggap sebagai satu paragraf. Hanya saja, tentunya paragraf yang demikian itu tidak benar.
2. Unsur Pembentuk Paragraf
Pendapat akhli dalam hal unsur pembentuk paragraf ini beragam. Keragaman pendapat ini terletak pada variasi jumlah unsur. Tarigan mengatakan empat unsur; Oshima dan Hogue mengatakan 3 unsur; Fitzpatrick mengatakan dua unsur. Tarigan (2008:13) mengatakan bahwa unsur pembentuk paragraf itu bisa terdiri atas elemen transisi, kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat penegas. Oshima dan Hogue (2007: 38) berkata, “A paragraph has three parts: a topik sentence, several supporting sentences, and a concluding sentence”. Fitzpatrick (2005:13) berpendapat, “The basic unit in writing is the paragraph, which consists of two parts: the main point or topik sentence and the support”.
Tarigan mengatakan bahwa unsur-unsur pembentuk paragraf yang dikemukakan tadi tidak semuanya selalu hadir pada paragraf. Unsur yang selalu hadir hanya kalimat topik dan kalimat pengembang (Tarigan, 2008:15). Kehadiran kedua unsur ini diakui oleh semua ahli di bidang menulis. Sehubungan dengan itu, unsur paragraf yang akan dikaji pada bagian ini adalah kalimat utama dan kalimat penjelas.
Tarigan (2008:18) mengatakan bahwa pada bahasa Indonesia terdapat istilah pikiran utama dan kalimat utama. Kedua istilah ini merujuk pada hal yang sama. Lebih lanjut, dikatakannya bahwa kalimat utama itu merupakan perwujudan pikiran utama. Kemudian, dikatakannya bahwa pada bahasa Inggeris terdapat istilah main idea dan topik sentence yang keduanya ini merujuk pada hal yang sama juga (Tarigan, 2008:18). Keraf (1980:70) mengatakan bahwa pikiran utama terdapat pada kalimat utama. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua istilah, yakni kalimat utama dan pikiran utama, diakui bisa saling menggantikan.
Pengakuan akan bisa saling menggantikannya kedua istilah tadi perlu ditinjau ulang. Dalam batas tertentu, keduanya memang bisa saling menggantikan. Namun pada konteks tertentu, kedua hal tadi tidak bisa saling menggantikan. Bahkan, pengakuan tadi mengandung kerancuan berpikir. Pada pengertian paragraf diakui oleh semua ahli bahwa paragraf hanya memiliki satu pikiran utama atau satu ide pokok. Kalau ide pokok atau pikiran utama identik dengan kalimat utama, berarti paragraf itu hanya memiliki satu kalimat utama. Jika hal ini diakui, maka akan ada ketidakkonsistenan berpikir pada saat menghadapi kenyataan adanya paragraf yang memiliki sebuah pikiran utama yang diwujudkan pada dua buah kalimat. McCrimmon (1984:1999) mengatakan hal berikut.
A topik sentence is a statement that summarizes the idea being developed in a paragraph. It is often a single sentence, though sometimes you will need two sentence to state the topik.
Dari pernyataan McCrimmon tadi diketahui bahwa rupanya sebuah pikiran utama bisa jadi harus dituangkan pada dua buah kalimat. Dengan demikian, satu buah pikiran utama tidak identik dengan satu buah kalimat utama. Dengan demikian pula, paling tidak pada penelitian ini, istilah yang akan digunakan adalah pikiran utama.
Kalau istilah kalimat utama diganti dengan istilah pikiran utama, maka istilah pikiran penjelas akan diganti dengan istilah pikiran penjelas. Dengan demikian unsur pembentuk paragraf yang dikupas pada bagian ini adalah pikiran utama dan pikiran penjelas.
a. Pikiran Utama
Sesuai dengan namanya, pikiran utama merupakan pikiran yang diutamakan atau dipentingkan, yakni sesuatu yang dijadikan utama atau penting. Alwasilah (2007:125) mengatakan bahwa kalimat topik menyatakan gagasan terpenting dalam paragraf. Gagasan terpenting tersebut tidak lain adalah pikiran utama. Oshima dan Hogue (2007:39) mengatakan “The topik sentence is the most important sentence in a paragraph”. Kalimat yang paling penting dalam paragraf tersebut tentunya mengandung pikiran yang paling penting.
Status utama atau penting tadi mengandung pengertian bahwa pikiran utama merupakan hal yang dimaksudkan pada paragraf yang bersangkutan. Walau di dalam paragraf tersebut terdapat banyak pikiran yang membangunnya, namun yang dimaksudkan dengan uraian tersebut hanya satu, yakni pikiran utama itu. Semua pikiran pembentuk paragraf mengarah kepada hal yang dimaksudkan tadi, sesuatu yang diutamakan. Oleh karena itu, pikiran utama merupakan rangkuman paragraf. McCrimmon (1984:199) mengatakan “A topik sentence is a statement that summarizes the idea being developed in a paragraph.” Oleh karena itu, pikiran utama itu bisa juga dikatakan sebagai pikiran yang menjiwai seluruh pikiran dalam paragraf tersebut (Nafiah, 1981).
Karena pikiran utama itu menjiwai semua pikiran yang ada maka pikiran utama itu bersifat umum. Fitzpatrick (2005:13) mengatakan “…is called a topik sentence. It is the most general sentence in a paragraph”. Tarigan (2008:18) mengatakan bahwa pikiran utama paragraf bersifat umum. Pikiran-pikiran lainnya, yang berupa pikiran penjelas, bersifat khusus. Hal ini mengandung pengertian bahwa pikiran utama itu memiliki muatan aspek pikiran yang banyak/luas. Di situlah letak keumuman yang dimaksudkan. Sementara, pikiran-pikiran penjelas tidak lain adalah aspek-aspek pikiran terkandung pada pikiran umum tadi itu. Pada saat penulis menuangkan pikiran-pikiran khusus sebagai penjelas, pada dasarnya penulis yang bersangkutan sedang menuangkan aspek-aspek khusus yang melekat pada pikiran umum tadi.
b. Pikiran Penjelas
Sesuai dengan namanya, pikiran penjelas adalah pikiran yang menjelaskan pikiran utama. Oshima dan Hogue (2007:44) berkata, “Supporting sentences explain the topik by giving more information about it.” Fitzpatrick (2005:13) berpendapat, “The supporting sentences provide the details and evidence the reader needs to understand the main point.” Dalam pikiran-pikiran penjelas, disajikan informasi yang berupa rincian keterangan tentang pikiran utama. Dengan informasi-informasi tersebut, pikiran utama menjadi jelas.
Hal tadi mengandung pengertian bahwa semua pikiran penjelas pada paragraf yang bersangkutan harus berpusat pada pikiran utama yang sama. McCrimmon (1984:195) berkata, “The paragraph as a whole should focus on that idea”. Hal ini berkaitan dengan peran pikiran penjelas. Sebagaimana tergambar pada pengertiannya, pikiran harus fungsional dalam menjelaskan pikiran utama. Peran ini akan jalan bila pikiran penjelas menerangkan aspek kandungan pikiran utama. Pikiran penjelas yang demikian dinamakan mengacu atau berpusat pada pikiran utama.
Jumlah pikiran penjelas yang harus dihadirkan untuk menjelaskan pikiran utama ini relatif. Hal ini tergantung pada topik yang dikandung pikiran utama. Idealnya, penentuan jumlah pikiran penjelas ini dilakukan dengan memperhatikan topik pikiran utama dan kebutuhan pembaca. McCrimmon (1984:201) berujar, “How much explanation an idea requires depends on how much your reader need.” Hanya saja, untuk mengidentifikasi kebutuhan pembaca itu relatif lebih sulit daripada mengidentikasi aspek kandungan pikiran utama.
Pikiran utama itu memang memiliki aspek-aspek kandungan yang harus diinformasikan pada pikiran penjelas. Oshima dan Hogue (2007:39) mengatakan bahwa pikiran utama memiliki topik. Topik yang dimaksud adalah pokok masalah paragraf yang bersangkutan. Topik tersebut adalah konsep. Sementara konsep memiliki komprehensi (Rapar,1996:29). Adapun yang dimaksudkan dengan komprehensi adalah segala hal yang terkandung di dalam konsep yang bersangkutan (Poespoprojo, 1999:52).
TUGAS
Petunjuk:
1. Kerjakan tugas ini dan hasilnya emailkan dengan alamat email yang telah ditetapkan!2. Bila ada yang kurang jelas, mari kita diskusikan pada FB Kul On Tam!
Soal
1. Berdsasarkan pengertian paragraf pada bagian materi ini, silakan kemukakan beberapa hakikat paragraf! 2. Berdasarkan penjelasan tentang pengertian paragraf dan unsur pembentuk paragraf, jelaskan mengapa pada sebuah paragraf terdapat unsur pikiran utama dan pikiran penjelas.
Siap pak.
BalasHapusTerima kasih pak atas tugas ya....
BalasHapussiap di kerjakan
oke pak????
BalasHapusSebaiknya, sebelum tugas dikerjakan dan dikumpulkan, terlebih dahulu didiskusikan di grup tertutup pada FB Kul On Tam.
BalasHapussiap di kerjakan pak.
BalasHapusya pakkk
BalasHapusok pak....
BalasHapusiya pakkk
BalasHapuspak tugasnya udah saya kirim di e-mail bapak, mhon di cek..
BalasHapusaslmkm.. pak,, kami blm tergabung di fb kul on tam
BalasHapusAssalamu'alaikum, pak..
BalasHapusSaya ingin bertanya, manakah yang kita lakukan terlebih dahulu, memilih pikiran utama untuk dikembangkan atau menentukan pikiran utama dari suatu pikiran utama yang kita buat?
Terimakasih sebelumnya
Untuk bergabung. dimintakan untuk diinvite kawan atau nanti saya invite saja.
BalasHapusPembuatan paragraf berawal dari adanya pikiran utama.