Blogger Widgets

Wadah elektronik yang disajikan sederhana ini merupakan komponen komplementer E-LEARNING pada Universitas Jambi yang dimaksudkan sebagai penguat perkuliahan tatap muka. Namun demikian, bila khalayak lain bermaksud memanfaatkannya, saya persilakan dengan senang hati. Semoga ikhtiar kecil ini bermanfaat. Amin.

Kepada segenap pengunjung blog ini, dimohonkan maklumnya sehubungan dengan isi blog ini belum maksimal. Isi blog ini insyaallah akan di-upload-kan berangsur-angsur sesuai dengan keadaan kebutuhan.

Jumat, 17 Februari 2012

DASAR PEMIKIRAN PERAKITAN METODE PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN


     Perakitan metode pembelajaran membaca permulaan merupakan muara manifestasi pengambilan sejumlah keputusan. Secara umum, di dalamnya terdapat pengambilan keputusan pemilihan dan penataan bahan ajar; pemilihan media yang sesuai dengan tataan bahan ajar; penentuan langkah-langkah teknik pembelajaran; dan penentuan teknik evaluasi serta remedial.
Setiap keputusan tersebut diharapkan tidak keliru. Segenap pihak berharap agar segala keputusan pada perakitan metode pembelajaran membaca permulaan ini. bisa mendatangkan hasil yang dijadikan tujuan karena pada dasarnya keputusan apa pun ditetapkan untuk mencapai tujuan yang ditargetkan. Adapun tujuan yang ditargetkan pada perakitan metode membaca permulaan ini adalah dengan terakitnya sejumlah putusan pada metode yang bersangkutan, pembelajaran membaca permulaan bisa efektif dan efisien.
Dasar apakah yang perlu dijadikan pijakan agar metode yang dirakit berpotensi untuk efektif dan efisien?

I.            DASAR KONSEPTUAL HAKIKAT MAMBACA PERMULAAN
Sebagai salah satu jenis membaca, membaca permulaan ini pada dasarnya merupakan suatu keterampilan. Sebagai suatu keterampilan, kemampuan membaca permulaan ini tidak bisa dikuasai tanpa praktek atau latihan. Kemampuan membaca permulaan ini yang bagaimana?
Kemampuan membaca permulaan tidak lain adalah kemampuan mengenali dan memahami sistem lambang tulisan. Pada lambang tulisan terdapat lambang fonem, bunyi fonem, dan gugusan fonem. Inilah yang dikenali dan dipahami pada saat membaca permulaan.
Sesuai dengan namanya, membaca permulaan ini merupakan kegiatan permulaan atau dasar bagi membaca lanjut. Pengenalan dan pemahaman sistem lambang tulisan memang merupakan modal untuk bisa memahami isi wacana, memberikan pertimbangan terhadap isi wacana, memperoleh informasi secara cepat, dan sebagainya. Pemahaman isi wacana, pemberian pertimbangan terhadap isi wacana, dan pencarian informasi secara cepat berkategori membaca lanjut. Jadi jelas bahwa membaca permulaan ini merupakan langkah awal untuk bisa membaca lanjut.
Sehubungan dengan hakikat membaca permulaan yang demikian, maka yang dijadikan tujuan pembelajaran membaca permulaan adalah penguasaan kemampuan mengenali dan memahami sistem lambang tulisan. Namun demikian, karena kegiatan membaca lanjut berhadapan dengan pemahaman akan isi wacana; sementara isi wacana berkaitan erat dengan makna setiap lambang tulisan, maka pada membaca permulaan ini perlu memperhatikan pembiasaan mengenali hubungan antara lambang tulisan dan makna.
Indikator kemampuan membaca permulaan adalah mampu menyuarakan lambang tulisan secara tepat dan lancar. Ketepatan ditandai oleh kesesuaian bunyi yang diucapkan dengan bunyi yang seharusnya diucapkan. Kelancaran ditandai oleh kemulusan pengucapan, tanpa tersendat-sendat yang menggambarkan keraguan. Indikator mengenali hubungan lambang tulisan dengan makna adalah mampu menjawab pertanyaan sederhana yang berkaitan dengan lambang tulisan yang dibaca.
            Berdasarkan kajian akan hakikat membaca permulaan ini, serangkaian kegiatan (penataan bahan, pemilihan media, penyusunan teknik pembelajaran, pengevaluasian, dan remedial) pada metode pembelajaran membaca permulaan ini harus:memperhatikan hal-hal berikut.
1.       Siswa berlatih membaca permulaan..
2.       Tujuan pembelajaran membaca permulaan berupa pengenalan dan pemahaman sistem lambang tulisan.
3.       Siswa dibiasakan mengenali hubungan antara lambang tulisan dan makna.

II.          DASAR LINGUISTIS (KEBAHASAAN)
Bahasa adalah suatu sistem. Sebagai suatu sIstem, di dalamnya terdapat berbagai unsur yang saling berhubungan secara fungsional dengan kaidah pola hubungan tertentu. Di dalam bahasa terdapat unsur fisik dan unsur makna; unsur subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap;; unsur kalimat, klausa, frase, kata, suku kata, dan fonem; unsur bunyi dan lambang tulisan.
Karakteristik setiap unsur tadi pada setiap jenis bahasa berkecenderungan berbeda-beda. Lambang tulisan pada Bahasa Indonesia berbeda dengan lambang tulisan pada Bahasa Cina dan Bahasa Arab. Kaidah tanda baca pada Bahasa Indonesia berbeda dengan pada bahasa lain. Pola suku kata Bahasa Indonesia berbeda dengan pola suku kata pada bahasa lain. Sesuai dengan namanya, Bahasa Indonesia, sistem yang ada di dalamnya berkarakteristik tersendiri, yakni karakter Bahasa Indonesia.
            Lambang Tulisan Bahasa Indonesia
Lambang tulisan pada Bahasa Indonesia secara umum terdiri atas lambang:
1.       angka;
2.       huruf; dan
3.       tanda baca.
Angka terdiri atas angka rumawi dan angka latin. Huruf terdiri atas huruf kapital dan huruf kecil; huruf cetak dan huruf berserangkai. Tanda baca terdiri dari titik, koma, dan sebagainya.
            Ketiga jenis lambang tulisan tadi bersifat komplementer. Angka berfungsi melambangkan bilangan. Huruf berfungsi melambangkan fonem. Tanda baca melambangkan kaidah penulisan.
            Dilihat dari kompleksitas dan perannya, lambang tulisan yang berkadar dominasi tinggi adalah huruf. Jenis, jumlah, dan variasi karakter huruf lebih kompleks daripada angka dan tanda baca. Bilangan yang biasa dilambangkan dengan angka (dalam batas tertentu) bisa diverbalkan melalui huruf-huruf. Walau tanda baca berperan terhadap makna, namun tanda baca hanya berperan sebagai instrumen pendukung saja.
            Huruf pada Bahasa Indonesia berjumlah 26 buah. Huruf tersebut sebagaimana terdaftar pada alphabet, yakni a, b, c, d, e, f, g, h, I, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y, z. Dilihat dari grafisnya, huruf-huruf tersebut ada yang memiliki unsur garis yang sejenis, contohnya p, b, dan d, memiliki unsur garis tegak lurus dan unsur lingkaran kecil.
            Kaidah pembacaan huruf ditetapkan berdasarkan pembacaan alphabet. Dengan demikian singkatan yang terdiri atas huruf-huruf konsonan pembacaannya dilakukan secara alfabetis. Dalam bahasa Indonesia banyak terdapat singkatan demikian.
            Dalam hal pelambangan fonem, Bahasa Indonesia memiliki kekhususan karakter. Fonem pada Bahasa Indonesia dilambangkan dengan beberapa jenis pelambangan, yakni:
1.       satu fonem dilambangkan dengan dengan dua huruf, yang biasa disebut diagraf, (ng, ny, kh,  sy, dan diftong);
2.       dua fonem dilambangkan dengan satu jenis huruf ( e taling dan e pepet);
3.       satu fonem dilambangkan dengan satu huruf (b,c,d, dan sejenisnya).

Berdasarkan kajian akan lambang tulisan pada Bahasa Indonesia, serangkaian kegiatan (penataan bahan, pemilihan media, penyusunan teknik pembelajaran, pengevaluasian, dan remedial) pada metode pembelajaran membaca permulaan ini harus:memperhatikan:
1.       penghadiran angka, huruf, dan (sejauh memungkinkan) tanda baca;
2.       jenis pelambangan fonem diagraf, monograf, dan (jika bisa) penandaan e pepet dan e taling;
3.       pengurutan lambang fonem berdasarkan kesejenisan grafis; dan
4.       singkatan yang dibaca secara alfabetis.

            Fonem Bahasa Indonesia
Fonem pada Bahasa Indonesia  berjumlah 31 buah. Fonem tersebut adalah / a /, / i /, / u /, / é /, / è / o /, / b /, / c /, / d /, / f /, / g /, / h /, / j /, / k /, / l /, / m /, / n /, / p /, / q /, / r /, / s /, / t /, / v /,      / w /,  / x /,  / y /, / z /, / ng /, / ny /, / kh /, dan /  sy /.
Fonem-fonem tersebut, pada Bahasa Indonesia berperilaku tertentu. Ada fonem yang bisa hadir pada awal, dan akhir suku kata (contoh: k, p, dan, d). Ada juga fonem yang tidak bisa muncul pada ahir suku kata (contoh: c dan ny). Ada yang produktif (contoh p, b, d, dan sebagainya). Ada juga yang tidak produktif (contoh: z dan q).
Berdasarkan kajian akan fonem Bahasa Indonesia, serangkaian kegiatan (penataan bahan, pemilihan media, penyusunan teknik pembelajaran, pengevaluasian, dan remedial) pada metode pembelajaran membaca permulaan ini harus:memperhatikan:
1.       refresentivitas fonem pada Bahasa Indonesia dan;
2.       mobilitas fonem pada struktur suku kata atau kata.
            Pola Suku Kata Bahasa Indonesia
Suku kata pada Bahasa Indonesia ini beragam. Ragam pola suku kata tersebut adalah sebagai berikut.
1.       V                (contoh: a – ku);
2.       VK              (contoh: am – bil);
3.       VKK           (contoh: eks – por)
4.       KV              (contoh: bu – ku);
5.       KVK           (Contoh: ban – tu);
6.       KVKK         (Contoh: pers);
7.       KKV           (contoh: pra – ja);
8.       KKVK         (prak – tek);
9.       KKVKK       (trans – fer);
10.   KKKV         (contoh: stra – te – gi)
11.   KKKVK       (contoh struk)
Sehubungan dengan itu, serangkaian kegiatan (penataan bahan, pemilihan media, penyusunan teknik pembelajaran, pengevaluasian, dan remedial) pada metode pembelajaran membaca permulaan ini harus:memperhatikan keterwakilan (refresentativitas) setiap jenis pola suku kata yang ada.

III.          DASAR PSIKOLOGIS
Pembelajaran membaca permulaan ini harus sesuai dengan kondisi psikologis siswa. Hal ini dimaksudkan agar mereka bisa mengikuti proses belajar dengan segenap aspek psikisnya.
Secara psikologis siswa usia kelas 1 sekolah dasar itu memiliki karakter sebagai berikut.
1.       Siswa menyenangi unsur permainan.
2.       Siswa masih berada pada taraf berpikir kongkrit.
3.       Tingkatan berpikir analisis dan sintesis yang memungkinkan dilakukan siswa adalah yang berkategori sederhana (tidak kompleks).
4.       Kemandirian siswa masih relatif terbatas.
Sehubungan dengan itu, serangkaian kegiatan (penataan bahan, pemilihan media, penyusunan teknik pembelajaran, pengevaluasian, dan remedial) pada metode pembelajaran membaca permulaan ini harus:memperhatikan setiap karakter siswa secara psikologis tersebut.


IV.            DASAR KAJIAN KONSEP PEMBELAJARAN
Pembelajaran adalah suatu proses membelajarkan siswa. Artinya, proses tersebut tercipta untuk membuat siswa aktif belajar. Adapun yang dimaksudkan dengan belajar adalah usaha mengubah kondisi kemampuan ke arah yang lebih positif. Dari tidak mampu menjadi mampu. Konsep kemampuan yang dimaksudkan meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan motorik.
Konsep pembelajaran ini merupakan perbaikan konsep pengajaran. Pada pengajaran, yang dominan aktif adalah pengajar. Pada pembelajaran yang dominan aktif adalah siswa.
Konsep pembelajaran dinilai lebih positif daripada konsep pengajaran. Secara logis, pembelajaran memungkinkan siswa menjadi manusia yang mandiri dalam belajar dan dalam menghadapi segala persoalan hidup.
Sehubungan dengan itu, serangkaian kegiatan (penataan bahan, pemilihan media, penyusunan teknik pembelajaran, pengevaluasian, dan remedial) pada metode pembelajaran membaca permulaan ini harus:mengupayakan agar siswa terlibat aktif dalam belajar.

V.          PENUTUP
Dasar pemikiran yang perlu dijadikan landasan perakitan metode pembelajaran membaca permulaan ini terdiri atas:
1.       dasar konseptual hakikat membaca permulaan;
2.       dasar linguistis (kebahasaan);
3.       dasar psikologis; dan
4.       dasar kajian konsep pembelajaran.

Berdasarkan keempat dasar tersebut, serangkaian kegiatan (penataan bahan, pemilihan media, penyusunan teknik pembelajaran, pengevaluasian, dan remedial) pada metode pembelajaran membaca permulaan ini harus memperhatikan hal-hal berikut.
1.       Siswa harus berlatih membaca permulaan..
2.       Tujuan pembelajaran berupa pengenalan dan pemahaman sistem lambang tulisan.
3.       Siswa dibiasakan mengenali hubungan antara lambang tulisan dan makna.
4.       Dihadirkannya angka, huruf, dan (sejauh memungkinkan) tanda baca.
5.       Disajikannya pelambangan fonem diagraf, monograf, dan (jika bisa) penandaan e pepet dan e taling.
6.       Penyajian lambang fonem diurutkan berdasarkan kesejenisan grafis.
7.       Disajikannya singkatan yang dibaca secara alfabetis.
8.       Fonem pada Bahasa Indonesia disajikan secara refresentatif.
9.       Dihadirkannya fonem pada setiap slot suku kata.
10.   Setiap jenis pola suku kata disajikan secara refresentatif.
11.   Setiap karakter siswa secara psikologis diantisipasi.
12.   Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar diciptakan.


Wawan Gunawan/PBS FKIP Unja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar