Blogger Widgets

Wadah elektronik yang disajikan sederhana ini merupakan komponen komplementer E-LEARNING pada Universitas Jambi yang dimaksudkan sebagai penguat perkuliahan tatap muka. Namun demikian, bila khalayak lain bermaksud memanfaatkannya, saya persilakan dengan senang hati. Semoga ikhtiar kecil ini bermanfaat. Amin.

Kepada segenap pengunjung blog ini, dimohonkan maklumnya sehubungan dengan isi blog ini belum maksimal. Isi blog ini insyaallah akan di-upload-kan berangsur-angsur sesuai dengan keadaan kebutuhan.

Jumat, 13 Januari 2012

KATA ULANG PADA BAHASA INDONESIA

Dalam kegiatan berbahasa banyak terdapat berbagai bentukan unsur bahasa. Bentukan tersebut ada yang berupa kata ulang, ada yang bukan. Karenanya, pengenalanakan hakikat kata ulang ini perlu.
Dilihat dari wujudnya, kata ulang itu merupakan satuan yang menunjukkan adanya pengulangan bentuk. Hal ini dapat kita pahami karena pada dasarnya kata ulang itu merupakan hasil pengulangan bentuk (Alisjahbana, 1980).

Namun demikian, tidak semua bentukan berulang merupakan kata ulang. Hal ini mengingat nahwa ada bentukan berulang yang tidak berstatus sebagai satu kata, melainkan dua kata atau lebih. Padahal, sesuai dengan namanya, kata ulang itu adalah kata (Kridalaksana, 1984). Maksudnya, kata ulang itu merupakan satuan yang berstatus sebagai satu kata. Karenanya, dalam mengenali kata ulang ini dipeganglah prinsip Bloomfield (1933) bahwa kata adalah satuan bebas terkecil.
Kendatipun begitu, tidak semua bentuk berulang yang berstatus sebagai kata merupakan kata ulang. Sebab, ada satuan seperti itu yang tidak memiliki bentuk dasar. Padahal, kata ulang itu pasti berbentuk dasar (Ramlan, 1983). Hal ini dapat dimngerti karena kata ulang merupakan hasil pengulangan bentuk. Bentuk yang diulang itulah merupakan bentuk dasarnya.
Dapatlah disimpulkan bahwa suatu satuan dapat dikatakan sebagai kata ulang apabila satuan yang bersangkutan memenuhi prinsip-prinsip berikut. Pertama, satuan yang bersangkutan menunjukkan adanya pengulangan bentuk. Kedua, satuan yang bersangkutan berstatus sebagai kata. Ketiga, satuan tadi memiliki bentuk dasar.

  

2              Bentuk Dasar (BD) Pengulangan

             Dilihat dari bentuknya, bentuk dasar pengulangan ini terdiri atas pokok kata, kata dasar, kata berimbuhan, kata majemuk, dan ada pula yang berupa frase. Dilihat dari kategorinya, bentuk dasar tersebut terdiri atas nomina (N), verba (V), ajektiva (AJK), adverbia (ADV), pronomina (PR), interogativa (ITG), numeralia (NUM), demonstrativa (D), interjeksi (ITJ), dan yang tidak berkategori (TB). Itulah bentuk dan kategori bentuk dasar (DB) pengulangan.
Adanya DB pengulangan yang berupa frase tadi tak perlu dipermasalahkan. Walaupun frase merupakan satuan yang lebih besar daripada kata, namun kita tidak dapat menghindar dari kenyataan untuk mengakuinya. Tidak hanya dalam reduplikasi, dalam afiksasi pun frase berpotensi menjadi bentuk dasar. Keadaan ini diakui Ramlan (1983) juga oleh Kridalaksana (1988).
  Pengidentifikasian BD dan keragamannya dilakukan dengan berpegang pada beberapa prinsip dan konsep. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan ketepatan dan ketaatasan.
Prinsip pengidentifikasian BD tersebut sebagai berikut. Pertama, bentuk dasar merupakan satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa (Ramlan, 1983). Dengan kata lain, bentuk dasar merupakan satuan yang memiliki potensi keberulangan. Kedua, bentuk dasar selalu mempunyai pertalian bentuk dan makna dengan kata ualng yang bersangkutan. Ini didasarkan pada anggapan bahwa sebagian yang sama apabila mempunyai makna yang sama, merupakan morfem yang sama (Elson dan Pickett, 1962). Ketiga, bentuk dasar pengulangan berkategori sama dengan kata ulang yang bersangkutan. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa pengulangan tidak mengubah kategori bentuk dasar (Ramlan, 1983).
Dalam mengidentifikasi keragaman BD berdasarkan bentuknya atau jenis satuan gramatiknya, konsep-konsep berikut dijadikan sebagai pegangannya. Pertama, pokok kata adalah satuan gramatik terikat secara morfologis yang berpotensi menjadi bentuk dasar. Kedua, kata dasar adalah satuan gramatik bebas secara morfologis yangberpotensi menjadi bentuk dasar. Ketiga, kata berimubhan adalah kata yang dilekati imbuhan atau afiks. Keempat, kata majemuk adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua morfem dasar atau lebih yang sudah kehilangan eksistensi asalnya. Kelima, frase adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih yang masih mempertahankan eksistensi asalnya serta hanya menduduki satu fungsi.
Untuk mengidentifikasi keragaman BD berdasarkan kategorinya, sebagai pegangannya digunakan konsep-konsep berikut yang dikemukakan  Kridalaksana (1986) juga yang diedit Moeliono (1988).
1.      Nomina adalah kategori kata yang dapat diikuti ajektiva baik secara langsung maupun tidak.
2.      Verba adalah kategori kata yang dapat diperluas dengan dengan + ajektiva.
3.      Ajektiva adalah kategori kata yang dapat diperluas dengan afiks se-nya.
4.      Adverbia adalah kategori yang berpotensi menerangkan verba, ajektiva, nomina predikatif, atau kalimat.
5.      Pronomina adalah kategori kata yang mengacu pada nomina.
6.      Interogativa adalah kategori kata yang dalam kalimat tanya menggantikan sesuatu yang ingin diketahui.
7.      Numeralia adalah kategori kata yang ingin dipakai untuk menghitung nomina.
8.      Demonstrativa adalah kategori kata yang mengacu pada nomina diluar konteks.
9.      Interjeksi adalah kategori kata yang bersifat ekstra kalimat.      

 

3              Tipe Pengulangan

Tipe pengulangan ini dapat dilihat dari dua sudut. Pertama, dilihat dari letak bentuk ulangannya atau arah pengulangannya. Kedua, dilihat dari perbandingan antara bentuk dasar dengan bentuk ulangannya.
Dilihat dari arah pengulangannya, tipe pengulangan ini dapat dibedakan atas dua macam, yakni pengulangan arah kanandan pengulangan arah kiri (Simatupang, 1983). Sesuai dengan namanya, pengulangan arah kanan ini ialah pengulangan yang letak bentuk ulangannya di sebelah kanan bentuk dasar. Sedangkan pengulangan arah kiri adalah pengulangan yang yang letak bentuk ulangannya disebelah kiri bentuk dasarnya.
Dilihat dari perbandingan antara bentuk dasar dengan bentuk ulangannya, tipe pengulangan ini ada empat macam, yakni: pengulangan murni; pengulangan berafiks; pengulangan sebagian; dan pengulangan disertai dengan perubahan fonem. Pada pengulangan murni, bentuk dasar diulang dengan disertai adanya perubahan bunyi atau fonem (Alisjahbana, 1980).    

4              Makna Pengulangan

Yang dimaksud dengan makna pengulangan ini ialah makna yang muncul setelah terjadinya pengulangan bentuk dasar. Hal ini sejalan dengan pernyataan Kridalaksana (1984) bahwa makna gramatik merupakan hubungan antara unsur-unsur bahasa dalam satuan yang lebih besar.
Martinet (1987) menyatakan bahwa unsur bahasa baru benar-benar memiliki makna apabila beradala dalam konteks tertentu. Karenanya, penelusuran makna pengulangan ini dilakukan dengan menempatkan produk pengulangan pada kalimat. Di samping itu, pengidentifikasian makna pengulangan ini dilakukan dengan membandingkan makna bentuk dasar dengan makna kata ulang yang bersangkutan. Hal ini mengingat pengertian makna pengulangan tadi.
Makna pengulangan ini beragam. Berikut ini merupakan makna pengulangan hasil penelitian Simatupang (1983).
1.      Jamak, yakni makna pengulangan yang menyatakan bahwa BD-nya lebih dari satu.
2.      Agak, yakni makna pengulangan yang melemahkan makna BD-nya.
3.      Intensif, yakni makna pengulangan yang menguatkan makna BD-nya.
4.      Santai, yakni makna pengulangan yang mengimplisitkan kesantaian padasaat melakukan BD-nya..
5.      Baru (mau) BD, yakni makna pengulangan yang menyatakan bahwa BD itu baru (mau) dilaksanakan.
6.      Begitu BD, uakni makna pengulangan yang menyatakan bahwa terjadinya sesuatu baru pada saat BD.
7.      Tak tentu, yakni makna pengulangan yang menunjukkan ketidaktentuan akan BD.
8.      Bertahap, yakni makna pengulangan yang menyatakan bahwa berlangsungnya sesuatu secara bertahap dengan masing-masing tahapan sebanyak BD.
9.      Masing-masing, yakni makna pengulangan yang menyatakan bahwa BD merupakan besarnya jumlah masing-masing.
10.  Sama sekali, yakni makna pengulangan yang menyatakan bahwa BD itu memang betul-betul.
11.  Mengenai BD, yakni makna pengulangan yang menunjukkan tentang BD-nya.
12.  Frekuentatif, yakni makna pengulangan yang  menunjukkan bahwa BD itu berlangsung berkali-kali.
13.  Imitatif, yakni makna pengulangan yang menyatakan bahwa BD-nya itu bukanlah yang sebenarnya.
14.  Berbagai jenis, yakni makna pengulangan yang menyatakan bahwa BD-nya itu merupakan hal yang beraneka ragam.
15.  Bermain BD, yakni makna pengulangan yang menyatakan bahwa BD-nya itu merupakan hal yang dijadikan bahan permainan.
16.  Kontinu, yakni yakni makna pengulangan yang menunjukkan bahwa BD berlangsung secara terus menerus.
17.  Saling (resiprok), yakni makna pengulangan yang menyatakan bahwa terjadinya BD secara timbal balik.

5              Keterkaitan Antarkomponen dalam Reduplikasi

5.1        Pengulangan Arah Kanan ((BD) – R)
Pengulangan arah kanan ini terdiri atas empat tipe pengulangan, yakni pengulangan murni (R), pengulangan berafiks (R + afiks), pengulangan sebagian (Rs), dan pengulangan perubahan fonem (Rperf.). 

5.1.1              Pengulangan Murni (R)
Bentuk dasar (R) ini ada yang berupa nomina (N), ajektiva (AJK), verba (V), adverbia (ADV), pronomina (PR), interogativa (ITG), numeralia (NUM), demonstrativa (D), ada pula yang berupa interjeksi (ITJ).

5.1.1.1                    (BD = N) – R
Nomina yang dikenai pengulangan ini berupa kata dasar (KD), kata berafiks (KB), dan kata majemuk (KM).
Pengulangan (BD =N) – R atas KB maupun KM hanya bermakna jamak. Sedangkan pengulangan atas KD bermakna jamak dan intensif.
Contoh:
1.      Buku-buku itu ia bawa. (KD/jamak)
2.      Petani-petani desa itu sedang membajak sawahnya. (KB/jamak)
3.      Sapu tangan-sapu tangan itu jelek-jelek. (KM/jamak)
4.      Mengapa kau pulang di malam-malam seperti ini. (KD/intensif)   
Adanya (N = KD) – R yang bermakna jamak dan intensif tidaklah berarti pengusung kedua makna tadi bersengkarutan, sebab (N = KD) – R yang bermakna jamak tak dapat bermakna intensif. Begitu pula sebaliknya.
Munculnya kedua makna tadi tergantung pada ciri semantis KD yang bersangkutan. Pengulangan KD yang merupakan nama waktu bermakna intensif. Sedangkan pengulangan (KD + N) yang bukan nama waktu bermakna jamak.

5.1.1.2                    (BD = AJK) – R
Ajektiva yang merupakan dasar pembentuk (BD = AJK) – R ini hanyalah AJK yang berupa KD dan KM.
Pengulangan atas KM bermakna jamak. Sedangkan pengulangan atas KD bermakna jamak, agak, walaupun, dan intensif
Contoh:
1.      Masyarakat desa tersebut murah hati-murah hati. (KM/jamak)
2.      Anak SMP pada umumnya masih kecil-kecil. (KD/jamak)
3.      Kecil-kecil ia sudah pacaran. (KD/walaupun)
4.      Aminah orangnya kecil-kecil. (KD/agak)
Dalam (AJK = KD) – R terdapat kesengkarutan pengusungan makna. Suatu (AJK = KD) – R tampak berpotensi memiliki makna yang beragam. Hal ini tergantung pada konteks kalimat yang dimasukinya.
Karenanya, makna pengulangan tersebut tak dapat diidentifikasi berdasarkan status bentuk dasarnya, melainkan harus berdasarkan perilaku produk pengulangannya dalam kalimat. (AJK = KD) – R yang bermakna jamak bercirikan, pertama; kata ulang yang bersangkutan memasuki kalimat yang subjeknya berciri semantis kolektif; dan kedua, kata ulang tersebut berfungsi sebagai predikat. (AJK = KD) – R yang bermakna agak berkarakteristik, pertama; kata ulang yang bersangkutan memasuki kalimat yang subjeknya tunggal; dan kedua; kata ulang tersebut berfungsi sebagai predikat. Dalam kalimat, kata ulang (AJK = KD) – R yang bermakna walaupun berfungsi sebagai keterangan. Sedangkan kata ulang (AJK = KD) – R yang bermakna intensif berperilaku menerangkan predikat atau kata ulang tersebut diawali kata pengingkar. 

5.1.1.3                    (BD = V) – R
Bentuk dasar (BD = V) – R ini berupa kata dasar (KB) dan kata berafiks (KB).
Pengulangan atas KB bermakna intensif. Sedangkan pengulangan atas KD bermakna santai, intensif, dan begitu BD.  
Contoh:
1.      Ia sedang makan-makan. (KD/santai)
2.      Selama sakit ia tidak makan-makan. (KD/intensif)
3.      Ia datang-datang tengah malam (KD/intensif)
4.      Nina datang-datang langsung marah. (KD/begitu BD)
5.      Selama diajar dia saya tidak mengerti-mengerti. (KB/intensif)
Makna kata ulang (V = KD) – R hanya dapat diidentifikasi berdasarkan perilakunya pada kalimat. Kata ulang (V = KD) – R yang berfungsi sebagai predikat dan berpotensi diawali dengan aspek duratif, bermakna santai. Sedangkan yang berfungsi sebagai predikat dengan tidak berpotensi diawali aspek duratif, bermakna intensif. Dan yang berfungsi sebagai keterangan bermakna begitu DB.

5.1.1.4                    (BD = ADV) – R
Adverbia yang dikenai pengulangan ini berupa kata dasar. Adapun makna pengulangannya ialah intensif dan jamak.
Contoh:
1.      Hampir-hampir saya kalah. (intensif)
2.      Yang lalu-lalu biarlah berlalu. (jamak)
Pengidentifikasian makna pengulangan tersebut dapat dilakukan berdasarkan BD-nya. Adverbia yang merupakan aspek duratif apabila dikenai pengulangan murni akan menghasilkan makna gramatikal jamak. Sedangkan apabila adverbianya bukan merupakan aspek duratif, pengulangan murni atas adverbia tersebut bermakna intensif.  

5.1.1.5                    (BD = PR) – R
Bentuk dasar pengulangan ini jelas berupa kata dasar. Adapun maknanya ada dua, yakni jamak dan intensif.
Pengulangan atas semua pronomina berkemungkinan memiliki makna intensif. Sedangkan pengulangan yang memiliki makna jamak hanyalah pengulangan atas kata anda dan beliau. Hal ini sulit dijelaskan mengapa demikian.
Khusus untuk pengulangan murni atas kata anda dan beliau, kata ulang yang diikuti kata saja bermakna intensif, sedangkan yang tidak diikuti kata tersebut bermakna jamak.   
Contoh:
1.      Saya harap anda-anda dapat memakluminya. (jamak)
2.      Mengapa anda-anda saja yang kena dampratnya. (intensif)

5.1.1.6                    (BD = ITG) – R
Interogativa yang dikenai pengulangan ini hanyalah berupa kata dasar.
Makna pengulangan interogativa ini adalah tak tentu, jamak dan intensif. Pengulangan yang produknya berfungsi sebagai predikat, bermakna intensif. Pengulangan yang produknya berfungsi sebagai subjek atau objek, bermakna jamak. Dan pengulangan yang produknya berfungsi sebagai keterangan, bermakna tak tentu.
Contoh:
1.      Kapan-kapan saya akan datang. (K/tak tentu)
2.      Ia bukan siapa-siapa. (P/intensif)
3.      Siapa-siapa yang berminat mendaftarlah! (S/jamak)

5.1.1.7                    (BD = NUM) – R
Bentuk dasar (BD = NUM) – R ini ada yang berupa kata dasar, adapula yang berupa frase.
Makna pengulangannya ada dua, yakni bertahap dan masing-masing.
Munculnya kedua makna tersebut hanya dapat diidentifikasi berdasarkan konteks kalimat yang dimasuki kata ulang yang bersangkutan. Pada kalimat yang mengandung makna pembagian, pengulangan yang bersangkutan bermakna masing-masing. Sedangkan pada kalimat yang tidak demikian, pengulangan tersebut bermakna bertahap.
Contoh:
1.      Berilah mereka kambing dua ekor-dua ekor! (masing-masing)
2.      Bawa kambing itu dua ekor-dua ekor! (bertahap)

5.1.1.8                    (BD = D) – R
Demosntrativa pembentuk dasar pengulangan ini tentunya berupa kata dasar. Adapun maknanya adalah intensif.
Contoh:
1.      Itu-itu saja yang kau katakan.
2.      Hidupku begini-begini saja.

5.1.1.9                    (BD = ITJ) – R
Pengulangan murni atas interjeksi ini tidak produktif. Adapun makna pengulangannya itu ialah intensif.
Contoh:
 Aduh-aduh bagaimana kamu ini.

5.1.2              Pengulangan Berafiks ((BD) – R + afiks)
Dilihat dari kategorinya, BD yang dikenai pengulangan ini ada yang berupa nomina (N), ajektiva (AJK), verba (V), adverbia (ADV), ada pula yang tak berkategori (TB). Kemudian kalau dilihat dari jenis satuan gramatikalnya, BD-nya ada yang berupa kata dasar (KD), ada pula yang yang berupa pokok kata (PK).

5.1.2.1                    (BD = N) – R + afiks
Afiks yang terlibat dalam pengulangan ini ada tiga, yakni: -em, -an, dan ke-an.
Pengulangan yang disertai infiksasi –em- atas nomina, (BD = N) – R + afiks ini tidak produktif. BD yang dikenainya hanyalah kata tali (tali-temali). Adapun makna pengulangannya adalah mengenai hal.
Pengulangan yang disertai sufiksasi –an atas nomina, tampak produktif. Bd yang dikenainya ada yang berupa kata dasar, ada pula yang berupa kata majemuk.
Makna pengulangan ((BD = N) – R + -an) ini ada dua, yakni imitatif dan berbagai jenis. Pengulangan atas kata majemuk bermakna imitatif. Sedangkan pengulangan atas kata dasar bermakna imitatif dan berbagai jenis
Contoh:
1.      Dari tanah liat ia membuat ubi-ubian. (imitatif)
2.      Ia sedang meneliti ubi-ubian. (berbagai jenis)
3.      Ayah telah membeli kereta api-kereta apian untuk adik. (imitatif)  
Contoh tadi menunjukkan bahwa makna pengulangan ((BD = N) – R + -an) atas kata dasar ini hanya dapat diidentifikasikan berdasarkan konteks kalimat yang dimasuki produk pengulangan yang bersangkutan. Kata ulang yang berpotensi untuk diawali penunjuk bilangan, bermakna imitatif. Sedangkan yang tidak, bermakna berbagai jenis.   
Bentuk dasar pengulangan dengan konfiksasi ke-an hanyalah berupa berupa kata dasar. Hanya, KD yang dikenainya itu berupa nama-nama suku, bangsa, atau blok. Adapun makna pengulangannya ialah agak.
Contoh:
1.      Mereka tampak kebarat-baratan.
2.      Gaya bicaranya kesunda-sundaan

5.1.2.2                    (BD = AJK) – R + afiks
Afiks yang terkait dalam pengulangan ini hanyalah ke-an dan –an. Adapun BD yang dikenainya itu berupa kata dasar.
Makna pengulangan ((BD = AJK) – R + -an) ini ada empat yakni: berbagai jenis, dengan BD, intensif, dan frekuentatif
Contoh:
1.      Ia tidak menyenangi bau-bauan. (berbagai jenis)
2.      Selama di sini ia sakit-sakitan. (frekuentatif)
3.      Operasi besar-besaran itu telah selesai. (intensif)
4.      Ia sadis-sadisan membantai mereka. (dengan BD)
Makna pengulangan tersebut dapat diidentifikasi dari ciri semantis BD-nya. Pengulangan atas BD yang berkaitan dengan penciuman atau pengecapan, bermakna berbagai jenis. Pengulangan atas BD yang merupakan ukuran, bermakna intensif. Pengulangan atas BD yang merupakan atribut pekerjaan bermakna dengan BD. Dan, pengulangan atas BD yang berkaitan dengan indra perasa bermakna frekuentatif.
Makna pengulangan ((BD = AJK) – R + afiks ke-an) ialah agak.
Contoh:
Pipinya kemerah-merahan.

5.1.2.3                    (BD = V) – R + afiks
Afiks yang terlibat dalam pengulangan ini ada dua, yakni prefiks meN- dan sufiks –an. Adapun verba yang dikenai pengulangannya berupa kata dasar.
Pengulangan (BD = V) – R + meN- bermakna sama sekali.
Contoh:
Sebenarnya saya tidak tahu-menahu akan hal itu.
Pengulangan (BD = V) – R + -an bermakna imitatif.
Contoh:
Ia sedang tidur-tiduran.

5.1.2.4                    (BD = ADV) – R + afiks
Pada pengulangan ini terkait prefiks meN- dan sufiks –an. Adapun BD yang dikenai pengulangannya berupa kata dasar.
Pengulangan (BD = ADV) – R + meN- hanya berbentuk dasar kata terus. Hal ini menunjukkan bahwa pengulangan (BD = ADV) – R + meN- ini tidak produktif. Adapun makna pengulangannya ialah intensif.
Pengulangan (BD = ADV) – R + -an pun tidak produktif. BD yang dikenainya hanya kata terus dan asal. Adapun maknanya ialah intensif.

5.1.2.5                    (BD = TB) – R + afiks
Afiks yang terkait dalam pengulangan ini hanya sufiks –an. Makna pengulangan tersebut ialah bermain BD.
Contoh:
1.      Mereka sedang cubit-cubitan.
2.      Kalian jangan senggol-senggolan begitu.

5.1.3              Pengulangan Sebagian ((BD) – Rs)
Pengulangan tipe ini berbentuk dasar verba (V), numeralia (NUM), dan adverbia (ADV).

5.1.3.1                    (BD = V) – Rs
BD yang dikenai pengulangan ini adalah kata berafiks. Adapun makna pengulangannya ada tiga, yakni: frekuentatif, intensif, dan kontinu.
Pengulangan yang bermakna frekuentatif hanyalah pengulangan verba yang berafiks meN-, di-, ter-, ber-, meN-kan, dan ber-an (yang berciri semantis tindakan).
Contoh:
1.      Ia memukul-mukul dadanya. (BD = V (meN-))
2.      Pisang itu sedang diiris-iris. (BD = V (di-))
3.      Tadi mereka berlari-lari. (BD = V (ber-))
4.      Kakek itu terkekeh-kekeh. (BD = V (ter-))
5.      Ia melambai-lambaikan tangannya. (BD = V (me-kan))
6.      Mereka berteriak bersahut-sahutan. (BD = V (ber-an))
Perlu ditegaskan bahwa pengulangan atas verba (ber-an) yang bermakna frekuentatif ini hanyalah pengulangan yang BD-nya berciri semantis tindakan, misalnya berlarian, bersahutan, dsb. 
Pengulangan ((BD = V) – Rs) yang bermakna intensif menunjukkan bahwa verba yang dikenainya berupa verba (ber-an) yang berciri semantis keadaan.   
Contoh:
1.      Mereka duduk berjauh-jauhan.
2.      Rumahnya berhadap-hadapan.

5.1.3.2                    (BD = NUM) – Rs
NUM yang dikenai pengulangan ini hanyalah numeralia yang berkonfiks ke-nya. Adapun makna pengulangannya ialah intensif.
Contoh:
1.      Ketiga-tiganya akan aku sikat.
2.      Ia membawa kedua-duanya.

5.1.3.3                    (BD = ADV) – Rs
Adverbia yang dikenai pengulangan ini berafiks se- dan se-nya.
Pengulangan sebagian atas adverbia (= se-) bermakna jamak. Sedangkan pengulangan atas adverbia (= se-nya) bermakna intensif.
Contoh:
1.      Benda itu sebulat-bulat telur. (BD = se-/jamak)
2.      Sedalam-dalamnya lautan tak sedalam hatiku. (BD = se-/intensif)
3.      Buahnya sebesar-besar kelereng. (BD = se-/jamak)
4.      Setinggi-tingginya kekuasaan manusia tak setinggi kekuasaan Tuhan. (BD = se-nya/intensif)

5.1.4              Pengulangan dengan Perubahan Fonem
Bentuk dasar pengulangan ini ada yang berupa nomina (N), adverbia (ADV), ada pula yang berupa satuan tak berkategori (TB).
Pengulangan perubahan fonem atas nomina bermakna segala macam.
Contoh:
1.      Ia membeli sayur-mayur.
2.      Lauk-pauknya mahal-mahal.
Pengulangan perubahan fonem atas satuan yang tak berkategori bermakna jamak.  
Contoh:
1.      Gerak-gerik dia mencurigakan.
2.      Semuanya cerai-berai.
Pengulangan perubahan fonem atas adverbia bermakna segala macam.
Perlu dikemukakan bahwa perubahan fonem atas adverbia ini tidak produktif. BD yang dikenainya hanyalah kata serba.

5.2        Pengulangan Arah Kiri (R – ((BD))
Pengulangan arah kiri ini terdiri atas pengulangan berafiks, pengulangan sebagia, dan pengulangan perubahan fonem.

5.2.1              Pengulangan Berafiks (R + afiks) – (BD)
Dilihat dari jenis satuan gramatiknya, BD pengulangan ini berupa kata dasar. Dilihat dari kategorinya, BD tersebut berupa nomina dan verba.
Afiks yang terkait dalam pengulangan ini hanyalah prefiks ber- dan prefiks ter-. Prefiks ber- terlibat dalam pengulangan nomina. Prefiks ter- terlibat dalam pengulangan verba.
Pengulangan (R + ber-) – (BD = N) bermakna jamak.       
Contoh:
1.      Ia membeli beras berkarung-karung.
2.      Ia membawa gula berkilo-kilo.
Pengulangan (R + ter-) – (BD = V) bermakna frekuentatif.
Contoh:
1.      Waktu itu ia terkencing-kencing.
2.      Mengapa sampai terberak-berak begitu?

5.2.2              Pengulangan Sebagian (Rs – (BD))
Dilihat dari jenis satuan gramatiknya, BD pengulangan ini ada yang berupa kata berafiks, ada pula yang yang berupa kata majemuk. Dilihat dari kategorinya, BD tersebut ada yang berupa nomina (N), verba (V), ada pula yang berupa ajektiva (AJK).

5.2.2.1                    Rs – (BD = V)
Verba yang dikenai pengulangan ini ada yang berprefiks (yakni prefiks meN- dan ber-), ada pula yang berkonfiks (yakni konfiks me-i).
Pengulangan atas verba (= ber-) dan verba (= meN-) bermakna resiprok. Sedangkan pengulangan atas verba (= meN-) mungkin bermakna mengenai BD mungkin pula bermakna resiprok
Contoh:
1.      Ia sedang belajar jahit-menjahit. (mengenai hal menjahit)
2.      Kalian jangan pukul-memukul begitu. (saling memukul)
3.      Pukul-memukul memang kesenangannya. (mengenai hal memukul)
4.      Mereka datang berganti-ganti. (saling berganti)
5.      Dalam hidup, kita mesti saling hormat-menghormati. (saling menghormati)
Perlu dijelaskan bahwa Rs – (V = meN-) yang berfungsi sebagai subjek atau objek, bermakna mengenai BD, sedangkan Rs – (V = meN-) yang berfungsi sebagai predikat, bermakna resiprok

5.2.2.2                    Rs – (BD = N)
Nomina yang dikenai pengulangan ini berupa kata majemuk dan kata berafiks, yakni sufiks –an.
Pengulangan atas nomina yang bersufiks –an bermakna berbagai jenis
Contoh:
1.      Ia sedang membeli makan-makanan.
2.      Minum-minuman itu sudah kadaluarsa.
Pengulangan nomina yang berupa kata majemuk bermakna jamak.
Contoh:
Rumah sakit-rumah sakit umum itu tidak menerimanya lagi.

5.2.2.3                    Rs – (BD = AJK)
Ajektiva yang dikenai pengulangan ini hanyalah yang berinfiks –em-. Adapun makna pengulangannya ialah intensif.
Contoh:
1.      Dengan gilang-gemilang ia memenangkan pertandingan itu.
2.      Berlian itu tampak kilau-kemilau.

5.2.3              Pengulangan dengan Perubahan Fonem (Rperf. (BD))
Pengulangan arah kiri dengan perubahan foenm ini hanyalah berupa pokok kata.
Adapun makna pengulangannya ialah frekuentatif dan jamak. Pengulangan yang produknya berciri semantis tindakan, bermakna frekuentatif. Pengulangan yang produknya berciri semantis keadaan, bermakna jamak.
Contoh:
1.      Mengapa kau bolak-balik saja dari tadi. (frekuentatif)
2.      Lihatlah, lampu itu kelap-kelip. (frekuentatif)
3.      Jalannya tampak kelak-kelok. (jamak)

5.2.4              Pengulangan Sebagian Berafiks dengan Perubahan Fonem ((Rs + afiks + perf.) – (BD))
Bentuk dasar yang dikenai pengulangan ini hanyalah berupa nomina. Adapun makna pengulangannya ialah berbagai jenis.
Contoh:
1.      Dedaunan itu bergoyang tertiup angin.
2.      Pepohonan itu tinggi-tinggi.
3.      Ia membawa sesajian


(oleh: Wawan Gunawan, PBS FKIP Unja, 1993)

1 komentar:

  1. bahasa indonesia ternyata cukup rumit juga ya. tapi ini baik dilakukan terus menerus dalam pendidikan sekolah kita karena saat ini banyak generasi bangsa sudah tidak menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar

    BalasHapus